Assalamualaikum dan salam sejahtera buat semua pembaca blog, Entri kali ini merupakan rentetan sambungan dari entri terdahulu mengenai Saidina Hussien R.A . Seperti dikongsikan pada entri terdahulu bahagian 1 ,tragedi gugurnya al-Hussein r.a di Medan Karbala merupakan satu peristiwa pembunuhan yang kejam bukan hanya Al-Hussien sahaja ,tetapi hampir kesemua rombongan keluarga keturunana Rasullullah s.a.w di bunuh.Pembunuhan secara mengerikan itu mendorong tokoh-tokoh riwayat dan para penulis sejarah Islam untuk mengadakan penyelidikan. Hasil dari penyelidikan dan pengamatan yang mereka lakukan setelah terjadinya peristiwa itu, mereka abadikan dalam tulisan-tulisan berupa riwayat menceritakan berbagai akibat setelah terjadinya pemenggalan kepala cucu Rasulullah SAW
Seorang penulis Islam kenamaan, Ibnu Hajar, dalam bukunya berjudul "Ash-Shawa'iqul-Kuhriqah" halaman 116, mengungkapkan bahawa sepeninggalan al-Hussein r.a. ternyata tidak ada seorang pun yang terlibat dalam pembunuhan Saidina Hussien, yang terselamat dari seksa dunia setimpal dengan perbuatannya. Ada yang mati terbunuh, ada yang buta dan ada pula yang secara tiba-tiba mukanya berubah warna menjadi hitam lebam. Semuanya itu terjadi dalam waktu tak seberapa lama sejak al-Hussein r.a. wafat.
.
Dalam bukunya yang berjudul "Tahdizibut-Tahdzib" Jilid II halaman 335, Ibnu Hajar juga mengetengahkan kisah an-Numairiy yang berasal dari 'Ubaid bin Jinadah. Kisah tersebut mengungkapkan peristiwa yang dialami seorang tua yang pernah melibatkan diri dalam pembunuhan terhadap al-Hussein r.a. Orang tua itu membusungkan dadanya hanya kerana merasa terlibat langsung dalam pembunuhan terhadap al-Husein. Dengan bangga ia mengatakan: "Lihatlah, aku tetap selamat... tak ada bencana apapun yang menimpa diriku!"
Dalam bukunya yang berjudul "Tahdizibut-Tahdzib" Jilid II halaman 335, Ibnu Hajar juga mengetengahkan kisah an-Numairiy yang berasal dari 'Ubaid bin Jinadah. Kisah tersebut mengungkapkan peristiwa yang dialami seorang tua yang pernah melibatkan diri dalam pembunuhan terhadap al-Hussein r.a. Orang tua itu membusungkan dadanya hanya kerana merasa terlibat langsung dalam pembunuhan terhadap al-Husein. Dengan bangga ia mengatakan: "Lihatlah, aku tetap selamat... tak ada bencana apapun yang menimpa diriku!"
.
Tak lama setelah ia mengucapkan perkatan tersebut, lampu minyak berada tidak jauh dari tempat duduknya tiba-tiba memudar. Dikiranya sumbu lampu itu hampir habis. Ia segera bangkit dari tempat duduknya mendekati lampu untuk berusaha memperbaiki sumbunya. Pada saat ia sedang menarik sumbu, api yang semulanya tampak hampir padam tiba-tiba membesar kembali dan membakar jari-jarinya. ia berusaha keras memadamkan api yang menyala di tangannya, tetapi tidak berhasil, bahkan api menjalar ke bagian-bagian tangannya yang berlumuran minyak. Dalam keadaan panik ia mencuba memadamkan api dengan memasukkan tangan ke dalam mulut, tetapi malang... api bukan menjadi padam malah menyambar janggutnya yang telah memutih tetapi masih cukup lebat.
.
Mukanya terbakar dan ia melolong-lolong kesakitan. Akhirnya api membakar pakaian yang sedang dikenakannya sehingga seluruh tubuhnya turut terbakar. Bagaikan sebuah obor besar ia lari kebirit-birit keluar dari rumah menerjunkan diri ke dalam Sungai al-Furat yang tidak seberapa jauh letaknya. Beberapa saat lamanya ia tidak muncul di atas permukaan air. Banyak orang menunggu-nunggu di tepi sungai ingin menyaksikan apa yang sedang terjadi pada diri orang tua itu. Ketika ia muncul di permukaan air, ternyata telah mati dan tubuhnya hangus seperti gumpalan arang! Kebenaran kisah tersebut diperkuat oleh sejarawan Muslim terkenal, at-Tabari, dalam bukunya yang berjudul "Dzakha'irul-'Uqba" halaman 145.
.
Dalam buku yang sama, Ibnu Hajar juga mengemukakan sebuah riwayat tentang pembunuh al-Hussein r.a. Peristiwanya terjadi ketika si pembunuh itu menyerahkan kepala cucu Rasulullah SAW kepada 'Ubaidillah bin Ziyad, penguasa daerah Kufah. Kerana besar harapan akan memperoleh ganjaran istimewa, si pembunuh itu menyerahkan kepala al-Hussein r.a. sambil bersyair: "Akan kupenuhi kantongku dengan emas dan perak. Sebagai ganjaran membunuh raja tanpa mahkota. Seorang yang pernah sembahyang pada dua kiblat. Berasal dari keturunan manusia termulia. Akulah pembunuh orang terbaik, ayah bondanya..."
Dalam buku yang sama, Ibnu Hajar juga mengemukakan sebuah riwayat tentang pembunuh al-Hussein r.a. Peristiwanya terjadi ketika si pembunuh itu menyerahkan kepala cucu Rasulullah SAW kepada 'Ubaidillah bin Ziyad, penguasa daerah Kufah. Kerana besar harapan akan memperoleh ganjaran istimewa, si pembunuh itu menyerahkan kepala al-Hussein r.a. sambil bersyair: "Akan kupenuhi kantongku dengan emas dan perak. Sebagai ganjaran membunuh raja tanpa mahkota. Seorang yang pernah sembahyang pada dua kiblat. Berasal dari keturunan manusia termulia. Akulah pembunuh orang terbaik, ayah bondanya..."
.
Akan tetapi ketika Ibnu Ziyad mendengar bait terakhir dari syair itu, dengan marah ia menukas: "Kalau engkau mengetahui kemuliaannya itu, mengapa ia kau bunuh? Tidak, demi Allah, engkau tidak akan mendapat ganjaran baik dari aku. Malah engkau kuikut-sertakan bersama dia!" Habis mengucap kalimat-kalimat tersebut, Ibnu Ziyad langsung memerintahkan salah seorang pengawal untuk membunuh orang yang baru saja mendendangkan syair yang berarap akan menerima ganjaran besar.
Akan tetapi ketika Ibnu Ziyad mendengar bait terakhir dari syair itu, dengan marah ia menukas: "Kalau engkau mengetahui kemuliaannya itu, mengapa ia kau bunuh? Tidak, demi Allah, engkau tidak akan mendapat ganjaran baik dari aku. Malah engkau kuikut-sertakan bersama dia!" Habis mengucap kalimat-kalimat tersebut, Ibnu Ziyad langsung memerintahkan salah seorang pengawal untuk membunuh orang yang baru saja mendendangkan syair yang berarap akan menerima ganjaran besar.
.
Ada baiknya juga jika dikemukakan juga riwayat lain lagi, yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam buku yang sama halaman 119. Peristiwanya terjadi ketika 'Umar bin Sa'ad bersama pasukannya membawa kepala al-Hussein r.a., Ibnu Hajar menulis sebagai berikut: "Setiap berhenti di suatu tempat untuk beristirehat, para pengawal kepala al-Husein r.a. selalu menancapkan kepala itu pada hujung tombak. Seorang pendeta Nasrani yang bertempat tinggal di sebuah biara yang dilewati rombongan, terkejut melihat sebuah kepala manusia tertancap pada hujung tombak,
ia lalu bertanya ingin mengetahui siapakah orang yang dipenggal kepalanya itu. Ketika mendapat jawapan bahawa kepala itu adalah kepala al -Hussein r.a. putera Siti Fatimah binti Rasulullah SAW, dengan marah ia menyahut: "Alangkah buruk perbuatan kalian!" Saat itu juga ia minta agar kepala al-Hussein r.a. boleh disemayamkan semalam di dalam biaranya. "Untuk itu aku sedia membayar 10,000 dinar!", katanya lebih lanjut. Tentu saja permintaan pendeta itu diterima baik oleh Sa'ad dan rombongannya.
Ada baiknya juga jika dikemukakan juga riwayat lain lagi, yang ditulis oleh Ibnu Hajar dalam buku yang sama halaman 119. Peristiwanya terjadi ketika 'Umar bin Sa'ad bersama pasukannya membawa kepala al-Hussein r.a., Ibnu Hajar menulis sebagai berikut: "Setiap berhenti di suatu tempat untuk beristirehat, para pengawal kepala al-Husein r.a. selalu menancapkan kepala itu pada hujung tombak. Seorang pendeta Nasrani yang bertempat tinggal di sebuah biara yang dilewati rombongan, terkejut melihat sebuah kepala manusia tertancap pada hujung tombak,
ia lalu bertanya ingin mengetahui siapakah orang yang dipenggal kepalanya itu. Ketika mendapat jawapan bahawa kepala itu adalah kepala al -Hussein r.a. putera Siti Fatimah binti Rasulullah SAW, dengan marah ia menyahut: "Alangkah buruk perbuatan kalian!" Saat itu juga ia minta agar kepala al-Hussein r.a. boleh disemayamkan semalam di dalam biaranya. "Untuk itu aku sedia membayar 10,000 dinar!", katanya lebih lanjut. Tentu saja permintaan pendeta itu diterima baik oleh Sa'ad dan rombongannya.
.
Kepala al-Hussein r.a. segera dibawa masuk oleh pendeta itu ke dalam biara, kemudian dicuci bersih-bersih dan diberi wewangian secukupnya. Semalam suntuk kepala itu dipangkunya sambil menangis hingga pagi hari. Keesokan harinya pendeta itu langsung menyatakan diri masuk Islam, kerana pada malam harinya ia menyaksikan cahaya terang memancar ke langit dari kepala al-Hussein r.a. Setelah memeluk Islam, ia meninggalkan biaranya dan hingga akhir hidupnya ia merelakan diri bekerja sebagai pembantu Ahlul-Bait...
Demikianlah menurut Ibnu Hajar. Dengan sekelumit riwayat dari penulis Islam terkenal itu, terbuktilah bahawa tindakan pembunuhan sewenang-wenang terhadap cucu Rasulullah SAW mendorong semangat para penulis sejarah islam untuk mengungkapkan lebih mendalam peristiwa yang menyedihkan itu.
(Petikan: 'Al Husain bin Ali r.a.: Pahlawan Besar dan Kehidupan Islam pada Zamannya' oleh H.M.H. Al Hamid Al Husaini, hlm 373.)
klik link utk baca bhg 1 ==> SAIDINA HUSSIEN R.A SYAHIDNYA DI MEDAN KARBALA 1
klik link utk baca bhg 1 ==> SAIDINA HUSSIEN R.A SYAHIDNYA DI MEDAN KARBALA 1
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
tinggalkan komentar anda jika entri ini bermanfaat dan menarik untuk anda. segala pandangan sangat dihargai